Renungan Hati

Etika dan Budaya Malu

Betapa memalukannya jika kita mendengar “di sekolah dididik apa sih?… Kok ngomongnya ndak Sopan?” atau kita mendengar “sudah disekolahkan.. tapi kok ga punya etika…..!!”


Budaya Malu Bagi Para Pendidik
  1. Budaya Malu Jika Seorang Pendidik tidak mempersiapkan diri sebelum mengajar, tidak belajar sebelum mengajar, dan tidak mau tahu keadaan siswa sebelum mengajar. Apakah kita sebagai pendidik tidak merasa malu pada diri sendiri, malu pada Stempel Profesi yang tertulis di dada kita, malu pada anak-anak yang meremehkan kita.
  2. Budaya Malu jika mendidik hanya untuk memberi Ilmu, Bukan Etika dan Sopan Santun. Untuk apa anak-anak itu pintar jika tidak memiliki etika dan sopan santun. Apa kita tidak malu mendengar anak juara umum di sekolah X tawuran, MEngucapkan kata kotor, tidak menghormati orang lain. maka kita kan malu mendengar kata-kata “disekolahkan kok tidak punya etika..”
  3. Budaya Malu menerima gaji Bersih tapi jarang masuk kelas. Memangnya tidak malu makan uang hasil jerih payah orang lain, tapi kita hanya duduk santai tanpa bekerja. Malah menuntut gaji, kita nomer satu. Berlomba sertifikasi, tapi kok kesekolahnya jarang.  Mau duitnya saja. wah… Sangat tidak pantas.
  4. Budaya Malu tidak menghargai diri sendiri. Bukankah kita malu jika kita seorang pendidik, tapi tidak perduli dengan pendidikan anak dan keluarga sendiri. bagaimana kita mendidik, jika dari diri kita sendiri tidak terlaksana. Kita bicara kepada anak-anak jangan merokok, tetapi dihadapan mereka kita merokok.
Budaya Malu Seorang Siswa / Peserta Didik
  1. Budaya Malu menyia-nyiakan Hasil kerigat orang tua. Malu tidak pada orang tuamu yang bekerja mati-matian demi masa depanmu. Mungkin kamu berkata “akh… kan duit orang tuaku banyak..!!!!” . Justru kamu harus malu memakan duit yang bukan hasil kerja kerasmu, bukan hasil keringatmu.
  2. Budaya Malu tidak punya sopan santun. Seharusnya malu dong sebagai anak yang katanya sudah belajar, sudah pintar baca, sudah bisa berpikir tentang hal-hal baru, tapi kok kata-katanya tidak sopan, kok kata-katanya suka memaki, kok kata-katanya kasar sama orang tua dan teman. Nanti  dibilang “Mulutnya ga disekolahin ya…” waduh.. Jangan Sampe dong, malu.. malu… maluuuuu banget
  3. Budaya Malu Meremehkan Orang lain, Nah, kamu memang pintar, kamu meremehkan orang lain, kamu meremehkan orang yang hidupnya lebih sederhana dari kamu. Nanti suatu saat kalau tiba-tiba kamu mengalami kejatuhan, kamu tiba-tiba kekurangan, malu kan sama mereka. takutnya sih dibilang “alah….. Dulu aja Sombong…” hati-hati, hidup ini seperti roda yang berputar. terkadang di atas dan terkadang di bawah.
  4. Budaya Malu jadi pembuat Onar. kata-kata pembuat onar ini sangat tidak pantas kan di jadikan cap / stempel pada dirimu. Kalau kita bisa saling menghargai, mengapa tidak ! Kan Damai Itu indah. Tidak pernah dikatakan dan diajarkan disekolah…”nak… nanti pulang sekolah buat onar ya, berantem ya, tawuran ya,,!
  5. Budaya malu tidak belajar. Malu dong kamu dengan Nilai 100, 90, 80 tapi hasil nyontek, dan ketidakjujuran. Dengan bangga Kamu bilang “wah… Aku lulus, nilai 90..”  eh ternyata teman-temanmu berbisik, “gitu aja kok bangga.. kan kemaren dia nyontek dari si A…” .. Akhhh Malunya. Kecuali kamu sudah tidak memiliki rasa malu lagi.
  6. Budaya Malu pada diri sendiri. Malu lah pada dirimu sendiri jika berbuat hal yang tidak baik, berbuat hal yang tidak bermoral, berbuat hal yang tidak sopan. Kalau kamu merasa malu pada diri sendiri, kamu pasti berusaha lebih baik. Tanya pada dirimu sendiri, rasakan dalam hati nuranimu. contoh “Kalau aku  buang sampah ini sembarangan , malu dilihat orang…” atau “kalau nilaiku Jelek… malu sekali aku sama si DOi, sama ORTU, dan malau sekali pada diriku..”
 sumber : jumialely.blogdetik.com

 

 

10 Manfaat Silaturahmi dalam Islam


Silaturahmi artinya tali persahabatan atau tali persaudaraan, sedangkan bersilaturahmi yaitu mengikat tali persahabatan. Jadi, untuk mengikat tali persahabatan itu kapan saja waktunya, dan tidak boleh diputuskan, harus dilanjutkan oleh anak dan keturunannya.

Kita pun sebagai umat Islam telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjaga hubungan silaturahmi (Q.S. An-Nisaa: 1). Sebagai umat Islam, perintah Allah SWT itu harus dipatuhi. Orang yang mematuhi perintah Allah SWT itu adalah orang yang bertakwa. Takwa artinya terpeliharanya sifat diri untuk tetap taat dan patuh melaksanakan perintah Allah SWT serta menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.

Kini dapat kita mengerti, betapa pentingnya silaturahmi dalam Islam. Maka melihat pentingnya silaturahmi tersebut, berikut merupakan 10 manfaat Silaturahmi menurut Abu Laits Samarqandi, yaitu:

1. Mendapatkan ridho dari Allah SWT.

2. Membuat orang yang kita dikunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, yaitu "Amal yang paling utama adalah membuat seseorang berbahagia."

3. Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang bersilaturahmi.

4. Disenangi oleh manusia.

5. Membuat iblis dan setan marah.

6. Memanjangkan usia.

7. Menambah banyak dan berkah rejekinya.

8. Membuat senang orang yang telah wafat. Sebenarnya mereka itu tahu keadaan kita yang masih hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa bahagia jika keluarga yang ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.

9. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan, mempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.

10. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka bersilaturahmi) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu mendoakannya.
Demikianlah 10 manfaat dari suka bersilaturahmi,,,

Semoga kita termasuk kedalam orang-orang yang suka bersilaturahmi....

 

 

MANFAAT PUASA BAGI KESEHATAN

Puasa bukan sekedar kegiatan keagamaan yang wajib dilakukan umat Muslim. Lebih dari itu, puasa memberikan efek luar biasa bagi peningkatan kesehatan tubuh.

Jika disertai dengan diet yang benar (mengonsumsi karbohidrat kompleks, protein, serat dan air putih saat sahur dan berbuka), Anda bisa mendapatkan manfaat dari puasa yang lebih maksimal. Seperti dilansir ygoy, berikut ini enam manfaat puasa bagi kesehatan tubuh.

1. Puasa membantu menghilangkan racun-racun yang berbahaya dalam tubuh. Oleh karena itu, puasa sering dijadikan sebagai metode untuk detoksifikasi tubuh secara alami. Hal ini karena, kondisi lambung yang kosong saat puasa akan bekerja lebih optimal saat berbuka. Ketika lambung kosong, penyerapan nutrisi akan berjalan lebih efektif sehingga mengurangi risiko penimbunan sisa makanan atau nutrisi yang tidak berhasil terserap sempurna oleh tubuh. Sehingga tubuh pun tidak lagi menyimpan tumpukan sisa makanan yang bisa membusuk.

2. Dengan berpuasa, memberi waktu bagi tubuh dan sistem pencernaan untuk beristirahat. Dengan begitu, organ pencernaan seperti kerongkongan, lambung serta usus bisa bekerja lebih baik dan maksimal ketika Anda mulai mengonsumsi makanan lagi.

3. Puasa juga membantu meredakan nyeri pada persendian, bagi orang yang menderita arthritis atau radang sendi. Sebuah penelitian menunjukkan, adanya hubungan antara membaiknya radang sendi dan peningkatan kemampuan sel netrofil dalam membasmi bakteri. Netrofil, atau sel penetral merupakan unsur yang mampu menetralkan racun maupun bakteri penyebab radang sendi.

4. Puasa bisa mengatasi tekanan darah tinggi tanpa pengobatan medis. Selain itu juga menurunkan kadar gula dalam darah dan kolesterol. Saat berpuasa, otomatis kita akan lebih sedikit mengonsumsi makanan terutama yang mengandung lemak, gula dan kolesterol tinggi. Hal ini yang kemudian berdampak pada penurunan kolesterol dan gula darah. Jika disertai dengan diet makanan sehat saat sahur dan buka puasa, manfaatnya akan didapatkan dengan lebih optimal.

5. Pengurangan konsumsi air selama puasa, bisa membantu mengatasi akumulasi cairan yang berlebihan pada tubuh. Proses 'pengeringan' ini akan mengatasi pembengkakan pada perut, kaki dan lutut yang sering dialami saat seseorang mengalami menstruasi.

6. Meskipun tidak terlalu signifikan, puasa juga bermanfaat bagi Anda yang ingin menurunkan berat badan berlebih. Dengan berpuasa, otomatis kita akan menahan keinginan untuk ngemil dan frekuensi makan juga berkurang. Tapi ingat, proses penurunan berat badan saat berpuasa sulit terjadi jika saat berbuka, Anda lebih banyak mengonsumsi makanan tinggi gula dan kalori dibandingkan sayuran dan buah.

 

MENGUCAPKAN SALAM MENURUT ISLAM

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hasyr Ayat 23:

Dialah Allah, tidak ada ilaah(sesembahan) yang layak kecuali Dia, Maha Rajadiraja, yang Maha Suci, Maha Sejahtera, Maha Mengaruniai rasa aman, Maha Memelihara, Maha Perkasa, Maha Kuasa, Maha Memiliki segala keagungan. Maha Suci Allah dari segala yang mereka persekutukan.
Didalam ayat ini, As-Salaam (Maha Sejahtera) adalah satu dari Nama-nama Agung Allah SWT. Kini, Kita akan mencoba untuk memahami arti, keutamaan dan penggunaan kata Salam.
Sebelum terbitnya fajar Islam, orang Arab biasa menggunakan ungkapan-ungkapan yang lain, seperti Hayakallah yang artinya semoga Allah menjagamu tetap hidup, kemudian Islam memperkenalkan ungkapan Assalamu ‘alaikum. Artinya, semoga kamu terselamatkan dari segala duka, kesulitan dan nestapa. Ibnu Al-Arabi didalam kitabnya Al-Ahkamul Qur’an mengatakan bahwa Salam adalah salah satu ciri-ciri Allah SWT dan berarti Semoga Allah menjadi Pelindungmu.
Ungkapan Islami ini lebih berbobot dibandingkan dengan ungkapan-ungkapan kasih-sayang yang digunakan oleh bangsa-bangsa lain. Hal ini dapat dijelaskan dengan alasan-alasan berikut ini.
1. Salam bukan sekedar ungkapan kasih-sayang, tetapi memberikan juga alasan dan logika kasih-sayang yang di wujudkan dalam bentuk doa pengharapan agar anda selamat dari segala macam duka-derita. Tidak seperti kebiasaan orang Arab yang mendoakan untuk tetap hidup, tetapi Salam mendoakan agar hidup dengan penuh kebaikan.
2. Salam mengingatkan kita bahwa kita semua bergantung kepada Allah SWT. Tak satupun makhluk yang bisa mencelakai atau memberikan manfaat kepada siapapun juga tanpa perkenan Allah SWT.
3. Perhatikanlah bahwa ketika seseorang mengatakan kepada anda, “Aku berdoa semoga kamu sejahtera.” Maka ia menyatakan dan berjanji bahwa anda aman dari tangan (perlakuan)nya, lidah (lisan)nya, dan ia akan menghormati hak hidup, kehormatan, dan harga-diri anda.
Ibnu Al-Arabi didalam Ahkamul Qur’an mengatakan:
Tahukah kamu arti Salam? Orang yang mengucapkan Salam itu memberikan pernyataan bahwa ‘kamu tidak terancam dan aman sepenuhnya dari diriku.’
Kesimpulannya, bahwa Salam berarti, (i) Mengingat (dzikr) Allah SWT, (ii) Pengingat diri, (iii) Ungkapan kasih sayang antar sesama Muslim, (iv) Doa yang istimewa, dan (v) Pernyataan atau pemberitahuan bahwa ‘anda aman dari bahaya tangan dan lidahku’
Sebuah Hadits merangkumnya dengan indah:
Muslim sejati adalah bahwa dia tidak membahayakan setiap Muslim yang lain dengan lidahnya dan tangannya
Jika kita memahami hadits ini saja, sudahlah cukup untuk memperbaiki semua umat Muslim. Karena itu Rasulullah Muhammad SAW sangat menekankan penyebaran pengucapan Salam antar sesama Muslim dan beliau menyebutnya sebagai perbuatan baik yang paling utama diantara perbuatan-perbuatan baik yang anda kerjakan.
Ada beberapa Sabda Rasulullah, SAW yang menjelaskan pentingnya ucapan salam antar seluruh Muslim.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Kamu tidak dapat memasuki Surga kecuali bila kamu beriman. Imanmu belumlah lengkap sehingga kamu berkasih-sayang satu sama lain. Maukah kuberitahukan kepadamu sesuatu yang jika kamu kerjakan, kamu akan menanamkan dan memperkuat kasih-sayang diantara kamu sekalian? Tebarkanlah ucapan salam satu sama lain, baik kepada yang kamu kenal maupun yang belum kamu kenal.” (Muslim)
Abdullah bin Amr RA mengisahkan bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah amalan terbaik dalam Islam?” Rasulullah SAW menjawab: Berilah makan orang-orang dan tebarkanlah ucapan salam satu sama lain, baik kamu saling mengenal ataupun tidak.” (Sahihain)
Abu Umammah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:”Orang yang lebih dekat kepada Allah SWT adalah yang lebih dahulu memberi Salam.” (Musnad Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi)
Abdullah bin Mas’ud RA meriwayatkan Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Salam adalah salah satu Asma Allah SWT yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, derajatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika jama’ah suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam.” (Musnad Al Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At Tabrani)
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang kikir yang sebenar-benarnya kikir ialah orang yang kikir dalam menyebarkan Salam.”
Allah SWT berfirman didalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86:
Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan maka balaslah dengan penghormatan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan.
Demikianlah Allah SWT memerintahkan agar seseorang membalas dengan ucapan yang setara atau yang lebih baik. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hathim. Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah SAW pun membalas dengan ucapan “Wa’alaikum salaam wa rahmah” Orang kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu’alikum wa rahmatullah” Maka Rasulullah membalas dengan, “Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh” . Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu’alikum wa rahmatullah wabarakatuhu.” Rasulullah SAW menjawab: ”Wa’alaika”.
Orang yang ketiga pun terperanjat dan bertanya, namun tetap dengan kerendah-hatian, “Wahai Rasulullah, ketika mereka mengucapkan Salam yang ringkas kepadamu, Engkau membalas dengan Salam yang lebih baik kalimatnya. Sedangkan aku memberi Salam yang lengkap kepadamu, aku terkejut Engkau membalasku dengan sangat singkat hanya dengan wa’alaika.” Rasulullah SAW menjawab, “Engkau sama sekali tidak menyisakan ruang bagiku untuk yang lebih baik. Karena itulah aku membalasmu dengan ucapan yang sama sebagaimana yang di jabarkan Allah didalam Al-Qur’an.”
Dengan demikian kita bisa mengambil kesimpulan bahwa, membalas Salam dengan tiga frasa (anak kalimat) itu hukumnya Sunnah, yaitu cara yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Kebijaksanaan membatasi Salam dengan tiga frasa ini karena Salam dimaksudkan sebagai komunikasi ringkas bukannya pembicaraan panjang.
Didalam ayat ini Allah SWT menggunakan kalimat obyektif tanpa menunjuk subyeknya. Dengan demikian Al-Qur’an mengajarkan etika membalas penghormatan. Disini secara tidak langsung kita diperintah untuk saling memberi salam. Tidak adanya subyek menunjukkan bahwa hal saling memberi salam adalah kebiasaan normal dan wajar yang selalu dilakukan oleh orang-orang beriman. Tentu saja yang mengawali mengucapkan salamlah yang lebih dekat kepada Allah SWT sebagaimana sudah dijelaskan diatas.
Hasan Basri menyimpulkan bahwa:
“ Mengawali mengucapkan salam sifatnya adalah sukarela, sedangkan membalasnya adalah kewajiban”
Disebutkan didalam Muwattha’ Imam Malik, diriwayatkan oleh Tufail bin Ubai bin Ka’ab bahwa, Abdullah bin Umar RA biasa pergi ke pasar hanya untuk memberi salam kepada orang-orang disana tanpa ada keperluan membeli atau menjual apapun. Ia benar-benar memahami arti penting mengawali mengucapkan salam.
Pada bagian kalimat terakhir Surat An-Nisa ayat 86, Allah SWT berfirman:
… Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan.
Disini, mendahului memberi salam dan membalasnya juga termasuk yang diperhitungkan. Maka kita hendaknya menyukai mendahului memberi salam. Sama halnya kita harus membalas salam demi menyenangkan Allah SWT dan menyuburkan kasih-sayang diantara kita semua.
Rasulullah SAW selanjutnya memberikan arahan memberi salam bahwa:
• Orang yang berkendaraan harus memberi salam kepada pejalan-kaki.
• Orang yang berjalan kaki memberi salam kepada yang duduk.
• Kelompok yang lebih sedikit memberi salam kepada kelompok yang lebih banyak jumlahnya.
• Yang meninggalkan tempat memberi salam kepada yang tinggal.
• Ketika pergi meninggalkan atau pulang ke rumah, ucapkanlah salam meski tak seorangpun ada di rumah (malaikat yang akan menjawab).
• Jika bertemu berulang-ulang maka ucapkan salam setiapkali bertemu.
Pengecualian kewajiban menjawab salam:
• Ketika sedang sholat. Membalas ucapan salam ketika sholat membatalkan sholatnya.
• Khatib, orang yang sedang membaca Al-Qur’an, atau seseorang yang sedang mengumandangkan Adzan atau Iqamah, atau sedang mengajarkan kitab-kitab Islam.
• Ketika sedang buang air atau berada di kamar mandi.
Selanjutnya, Allah SWT menerangkan keutamaan salam didalam surat Al-An’aam ayat 54:
Jika orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami (Al-Qur’an) datang kepadamu, ucapkanlah “Salaamun’alaikum (selamat-sejahtera bagimu)”, Tuhanmu telah menetapkan bagi diri-Nya kasih-sayang. (Yaitu) Bahwa barangsiapa berbuat kejahatan karena kejahilannya (tidak tahu/bodoh) kemudian ia bertaubat setelah itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Di ayat ini Allah SWT memerintah Nabi Muhammad SAW sehubungan dengan orang-orang beriman yang miskin, yang hampir semuanya menumpang tinggal di tempat para sahabat. Walaupun orang-orang kafir yang kaya meminta agar Rasulullah SAW mengusir para dhuafa’ itu supaya orang-orang kaya itu bisa bersama Rasulullah, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menyambut para dhuafa’ Muslim itu dengan ‘Assalamu ‘alaikum’ pada sa’at kedatangan mereka. Hal ini mengandung dua arti: Pertama, menyampaikan penghormatan dari Allah SWT kepada mereka. Ini adalah kehormatan dan penghargaan yang tinggi bagi Muslim yang miskin dan tulus hati. Perlakuan ini menguatkan hati dan menambah semangat mereka. Arti ke-dua, menyampaikan sambutan yang baik yang pantas mereka terima, atas ijin Allah SWT, dengan nyaman, damai dan tenang, meskipun jika mereka membuat beberapa kesalahan.
Semoga Allah SWT menganugerahi kita kesanggupan untuk melaksanakan pengucapan salam dengan semangat islami yang lurus didalam hidup kita sehari-hari dan dengan melaksanakannya menumbuhkan kasih-sayang dan persatuan diantara kita. Amiin.
Author by Imtiaz Ahmad M. Sc., M. Phil. (London) Translated by Ir. Gusti Noor Barliandjaja and Muhammad Arifin M.A. (Madinah)



ILMU YANG DIAMALKAN

”Tuntutlah ilmu dari masa buaian sampai menjelang masuk liang kubur.” – Al-Hadits –
”Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap Muslim.” -Al-Hadits –
”Siapa yang keluar rumah untuk menuntut ilmu maka ia berjuang fisabilillah hingga kembali ke rumahnya.” – Al-Hadits –
”Tidak boleh hasud (iri) kepada orang lain kecuali kepada orang yang diberi kekayaan oleh Allah, kemudian ia menggunakannya untuk membela kebenaran dan kepada orang yang diberi ilmu tatkala ilmunya diamalkan dan diajarkan kepada orang lain.” – Al-Hadits -

Dari beberapa hadits tersebut diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa belajar atau menuntut ilmu sangatlah penting bagi kesuksesan dalam kehidupan kita. Begitu istimewanya orang yang belajar dan menuntut ilmu sampai diperbolehkan Rasulullah untuk iri kepada mereka. Padahal kita tahu bahwa iri adalah salah satu perbuatan yang dilarang. Namun dalam kasus orang yang menunutu ilmu pengetahuan dan mengamalkan atau mengajarkannya untuk memberikan manfaat bagi orang lain, kita dibolehkan untuk iri kepadanya.
Menuntut ilmu artinya mengembangkan kemampuan nalar atau akal pikiran yang telah dikaruniakan oleh Allah kepada kita. Dapat dilakukan melalui sekolah atau pendidikan formal yang utamanya untuk mengembangkan kemampaun berpikir atau IQ, maupun melalui berbagai sarana dan media pembelajaran lainnya untuk saling melengkapinya. Bahkan begitu pentingnya, Rasulullah memerintahkan untuk menuntut ilmu sampai ke negeri Cina. Ini merupakan indikasi nyata bahwa pentingnya menuntut ilmu pengetahuan. Kalau kita pahami, tentu belajar ke Cina bukanlah belajar tafsir atau agama, pasti adalah belajar dalam ilmu pengetahuan, teknologi, industri, dan perdagangan.
Maka, janganlah lelah apalagi merasa ragu untuk terus menuntut ilmu, sahabatku. Belajar itu tidak ada batas waktunya, teruslah mengembangkan diri melalui continues learning. Baik menuntut ilmu melalui pendidikan formal atau sekolah, maupun melalui sarana lain termasuk milis Motivasi Indonesia ini. Karena dengan ilmu pengetahuan yang tinggi akan menjadikan kita bijak dalam bertutur kata, pandai dalam berpikir dan mulia dalam bertindak untuk memberikan manfaat semakin luas bagi kehidupan manusia dan peradaban dunia. Dengan demikian ukuran kesuksesan orang dalam belajar, sekolah ataupun menuntut ilmu sesungguhnya bukanlah pada ukuran jabatan duniawi yang akan diperolehnya. Bukan pada kekayaan harta yang akan dimilikinya. Melainkan yang utama adalah pada manfaat ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk memberikan kemaslahatan bagi umat dan bangsa. Memberikan manfaat bagi semakin banyak orang lain.
Meskipun melalui sarana dan media milis seperti ini sekalipun, gunakalah untuk terus belajar dan mengasah diri bertumbuh lebih baik setiap hari. Dan yang penting, janganlah segan untuk berbagi dan mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk kebaikan sesame kehidupan. Ilmu yang diamalkan itulah yang akan memberikan manfaat dan kelimpahan hidup kita. Selamat belajar menunut ilmu dan berbagi mengamalkannya bagi sesama kehidupan. SEMOGA BERMANFAAT.
Salam Motivasi Sukses Dan Mulia,

 

Manfaat Sedekah

KEMATIAN BISA DIUNDUR
(Yusuf Mansur)

Kematian memang di tangan Allah. Maka ada satu hal yang bisa membuat kematian menjadi sesuatu yang bisa ditunda, yaitu kemauan bersedekah, kemauan berbagi dan peduli.
SUATU hari, Malaikat Kematian mendatangi Nabiyallah Ibrahim, dan bertanya, “Siapa anak muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim?”
“Yang anak muda tadi maksudnya?” tanya Ibrahim. “Itu sahabat sekaligus muridku.”
“Ada apa dia datang menemuimu?”
“Dia menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan pernikahannya besok pagi.”
“Wahai Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai besok pagi.” Habis berkata seperti itu, Malaikat Kematian pergi meninggalkan Nabiyallah Ibrahim. Hampir saja Nabiyallah Ibrahim tergerak untuk rriemberitahu anak muda tersebut, untuk menyegerakan pernikahannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu besok. Tapi langkahnya terhenti. Nabiyallah Ibrahim memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah.
Esok paginya, Nabiyallah Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa anak muda tersebut tetap bisa melangsungkan pernikahannya.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Nabiyallah Ibrahim malah melihat anak muda ini panjang umurnya.
Hingga usia anak muda ini 70 tahun, Nabiyallah Ibrahim bertanya kepada Malaikat Kematian, apakah dia berbohong tempo hari sewaktu menyampaikan bahwa anak muda itu umurnya tidak akan sampai besok pagi? Malaikat Kematian menjawab bahwa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut, tapi Allah menahannya.
“Apa gerangan yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak muda tersebut, dulu?”
“Wahai Ibrahim, di malam menjelang pernikahannya, anak muda tersebut menyedekahkan separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup.”
Saudara-saudaraku, pembaca “Kajian WisataHati” dimanapun Anda berada, kematian memang di tangan Allah. justru itu, memajukan dan memundurkan kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu lewat kalam Rasul-Nya, Muhammad shalla `alaih bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur. jadi, bila disebut bahwa ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu adalah…sedekah.
Maka, tengoklah kanan-kiri Anda, lihat-lihatlah sekeliling Anda. Bila Anda menemukan ada satu-dua kesusahan tergelar. maka sesungguhnya Andalah yang butuh pertolongan. Karena siapa tahu kesusahan itu digelar Allah untuk memperpanjang umur Anda. Tinggal apakah Anda bersedia menolongnya atau tidak. Bila bersedia, maka kemungkinan besar memang Allah akan memanjangkan umur Anda.
Saudara-saudaraku sekalian, tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan ajalnya akan sampai. Dan, tidak seseorangpun yang mengetahui dalam kondisi apa ajalnya tiba. Maka mengeluarkan sedekah bukan saja akan memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal dalam keadaan baik. Bukankah sedekah akan mengundang cintanya Allah? Sedangkan kalau seseorang sudah dicintai oleh Allah, maka tidak ada masalahnya yang tidak diselesaikan, tidak ada keinginannya yang tidak dikabulkan, tidak ada dosanya yang tidak diampunkan, dan tidak ada nyawa yang dicabut dalam keadaan husnul khatimah.
Mudah-mudahan Allah berkenan memperpanjang umur, sehingga kita semua berkesempatan untuk mengejar ampunan Allah dan mengubah segala kelakuan kita, sambil mempersiapkan kematian datang.
Sampai ketemu di pembahasan berikutnya. Insya Allah, kita masih membahas “sedikit tentang menunda umur, tapi kaitannya dengan kesulitan-kesulitan hidup yang kita hadapi “.
Salam, Yusuf Mansur.
Salam Wisata Hati.
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan” (An-Nisaa: 78)

 


SHOLAT DHUHA, KEMUDIAN BERAKTIVITAS

Salah satu sholat sunnah yg dicontohkan Rasululloh SAW adalah sholat sunnah Dhuha. Bahkan beliau menjadikan sholat dhuha ini sebagai salah satu wasiat beliau, sebagaimana hadits berikut:
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan: ” Kekasihku, Rasulullah SAW berwasiat kepadaku mengenai tiga hal :
a) agar aku berpuasa sebanyak tiga hari pada setiap bulan,
b) melakukan sholat dhuha dua raka’at dan
c) melakukan sholat witir sebelum tidur.”
( H.R. Bukhari & Muslim ).
Aku sendiri melakukan sholat dhuha, salah satunya untuk meluruskan niatku kuliah&bekerja, yakni menjadikan kuliah&kerja sebagai ibadah. Karena seringkali orang bekerja dg tujuan hanya mencari uang (duniawi) semata, sehingga melupakan aspek ibadah (akhirat).
Sementara itu, manfaat sholat dhuha sendiri, dari beberapa ustad, antara lain:
1. Agar dilapangkan dada dalam segala hal, terutama rejeki.
2. Ungkapan terimakasih kita kepada ALLOH SWT, atas nikmat sehat tubuh kita.
3. Pelindung kita untuk menangkal siksa api neraka di Hari Pembalasan (Kiamat) nanti.
4. Mendapat ganjaran surga, sesuai dengan hadits Rasululloh SAW,“Di dalam surga terdapat pintu yang bernama bab ad-dhuha ( pintu dhuha ) dan pada hari kiamat nanti ada orang yang memanggil,” Dimana orang yang senantiasa mengerjakan sholat dhuha ? Ini pintu kamu, masuklah dengan kasih sayang Allah.” ( H.R. at-Tabrani).
Waktu sholat dhuha sendiri, berdasarkan contoh Rasululloh SAW, berkisar sekitar pukul 7 pagi - 10 pagi. Dengan demikian, bisa dikatakan, sholat dhuha = sholat untuk ‘memulai’ aktivitas (sebelum berangkat bekerja).
Sementara jumlah raka’atnya, minimal 2 raka’at dan maksimal 12 raka’at. Sholat dhuha bisa dilakukan sebelum berangkat ke kantor, atau segera setelah tiba di kantor. Anda bisa pilih, mana kondisi yang cocok untuk anda.
Sedangkan untuk surat yg dibaca, aku senantiasa membaca Adh Dhuha(93) di raka’at pertama dan Al Ikhlas(112) di raka’at kedua, dengan alasan sebagai berikut:
1. Adh Dhuha = sesuai dengan sholat sunnah yg aku lakukan. Di samping itu, isi dari surat 93 ini ALLOH SWT akan memberi kecukupan kepada hamba2-Nya. Selain itu, surat ini juga mengingatakan kita agar tidak sewenang-wenang terhadap anak yatim, juga tidak menghardik orang yang meminta-minta (pengemis) kepada kita.
Justru pada surat ini, ALLOH SWT menyuruh kita agar berbagi rejeki yg telah diberikan-Nya, kepada orang lain yang membutuhkan.
2. Al Ikhlas = untuk memperkuat iman (tauhid), bahwa hanya ALLOH SWT yg berhak disembah. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dengan membaca Al Ikhlas, aku berharap agar jika maut menjemputku, maka iman tidak lepas dari qalbuku.
Jadi, jangan tunggu lagi…segera dirikan sholat dhuha! :-)